Ujian sebagai penghapus dosa

Allah telah menjadikan musibah sebagai tangga untuk naik ke makam yang lebih tinggi, sekaligus menghapuskan dosa-dosa orang yang beriman dan sebagai sebab untuk mendapat ganjaran pahala yang besar.

Ada beberapa hadith Nabi yang menyeru umat Islam supaya tahan berhadapan dengan musibah yang paling buruk, kerana balasannya nanti di akhirat adalah pahala yang besar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

"Semua yang menimpa orang Islam seperti keletihan penyakit, kedukaan,
kesedihan, kesakitan dan perkara yang tidak disukai, bahkan termasuk duri
yang dipijaknya, melainkan sebagai gantinya Allah menghapuskan dosa-dosanya."
(HR.Bukhari)

"Sesiapa yang dikhendaki Allah memperolehi kebaikan mesti terlebih dahulu
mengalami musibah."
(HR.Bukhari)

"Musibah-musibah yang berterusan menimpa orang miskin, samada menimpa dirinya
atau anaknya dan hartanya, hinggalah pada akhirnya ketika ia bertemu dangan
Allah tidak ada lagi dosanya."
(HR.Tirmizi)

Rasulullah SAW pernah ditanya: Siapakah orang yang paling hebat menerima musibah? Baginda menjawab :"Para Nabi, lalu orang-orang yang ketaatannya mendekati para Nabi dan demikianlah seterusnya. Ujian yang diterima seseorang sesuai dengan tingkat imannya. Jika imannya kuat, maka ujian yang diterimanya pula sukar, jika imannya lemah, maka ujian yang menimpannya sesuai dengan kelemahan imannya itu. Ujian demi ujian terus akan menimpa diri orang yang beriman, hinggalah segala dosanya diampuni. Sebab walau bagaimanapun hebatnya keimanan seseorang, pasti mereka ada melakukan dosa walaupun dosa kecil."

Mengenai pahala yang akan diterima oleh orang-orang yang sabar ketika ditimpa musibah, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

"Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman:"Jika Aku menguji hambaKU (membutakan)
kedua-dua matanya, lalu ia bersabar maka Aku akan menggantikan baginya dengan
Syurga"
(HR.Bukhari)

Bagi para ibu yang kematian anaknya Rasulullah SAW telah menjelaskan pahala
yang akan diterimanya melalui sabdanya yang bermaksud:

"Seorang ibu yang kematian tiga anak akan terdinding dari api neraka (kerana
kematian ketiga-tiga anaknya). Maka seorang wanita bertanya: Kalau kematian
dua anak bagaimana ya Rasulullah, kerana aku telah ditinggal mati dua anakku.
Rasulullah SAW menjawab: "Dua anakpun sama."
(HR.Bukhari)

Orang-orang yang sabar dalam menimpa musibah telah dijanjikan Allah SWT akan mendapat pahala yang besar. Sebagaimana firman Allah yang bermaksud:

" Dan sesungguhnya Kami pasti mencuba kamu dengan rasa takut, lapar,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan bergembiralah orang-orang yang
sabar, yakni orang-orang yang jika mengalami musibah, mereka berkata,
sesungguhnya kami milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Mereka itulah
orang-orang yang beroleh keberkatan dan rahmat Tuhannya dan diberi petunjuk."
(Al-Baqarah:155-157)

Terdapat tiga berita gembira yang ditunjukkan Allah kepada orang-orang yang sabar itu : Beroleh ampunan dari Allah, beroleh rahmat dari Allah dan dimasukkan ke dalam golongan orang yang beroleh petunjuk (hidayah).

Di dalam Al-quran Allah SWT telah mengajar kita supaya mengucapkan kalimat" Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un" ketika mengalami musibah. Disunatkan mengucapkan kalimat terebut setiap kali ditimpa musibah, dari yang paling besar hingga musibah terkecil, seperti terpijak duri dan sebagainya.

Dalam ujian yang sama sebuah hadith Rasulullah SAW telah menjelaskan yang bermaksud :

"Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu membaca ayat yang
diperintahkan Allah SWT Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un, Allahumma
ajirni fi mushibati wakhluf li khairan minha" (Sesunggunhnya Kami milik
Allah dan akan kembali kepadaNya ya Allah berilah pahala atas musibah ini
dan tukarlah dengan yang lebih baik daripadanya), melainkan Allah SWT
memberikan pahala dan menukar dengan yang lebih baik baginya."
(HR.Muslim)

Bacaan tersebut mengandungi penawar bagi apa juga bentuk musibah jika diamalkan dan dihayati sepenuh jiwa, kerana di dalamnya terkandung pengakuan yang penting terhadap dua hal:

1. Pengakuan bahawa diri sendiri, anak, suami, isteri, dan seluruh harta
adalah milik Allah SWT. Seseorang tidak memiliki semuanya itu melainkan
atas dasar amanah yang diberikan kepadanya oleh Allah SWT. Sebagaimana
ungkapan hukamak:'keluarga serta harta adalah amanah, setiap amanah mesti
dipulangkan kepada pemiliknya."

2. Akhir semua manusia adalah kepada Allah SWT samada cepat atau lambat,
yang pasti manusia diciptakan ia tidak mempunyai apa-apa, tiada keluarga
dan harta. Maka seperti itu jugalah kelak ketika manusia bertemu dengan
Tuhannya. Jika ada yang mendampinginya, maka itu adalah amalnya ketika
di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud:

"Dan sesungguhnya kamu datang menemui Kami bersendirian sebagaimana Kami
ciptakan kamu juga sendiri-sendiri dan kurnia yang Kami berikan itu
akan tinggal di dunia."
(Al-An'am:94)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

"Terdapat tiga perkara yang ikut bersama si mati, lalu dua daripadanya
akan kembali dan yang tinggal hanya satu. Keluarganya,
hartanya,amalnya, maka keluarga dan harta akan kembali dan yang tinggal
ialah amalnya."

anda mungkin juga meminati


Get this widget here

Klik pada older post

untuk ke muka sebelah